Senin, 17 Februari 2014

(Degradasi) kebanggaan menjadi pekerja di perusahaan ini

Bagaimana rasanya memulai karir sebagai kuli dan pensiun sebagai buruh? Aku iseng bertanya kepada seorang senior yang sudah menghabiskan belasan tahun usianya di perusahaan ini.

Dengan logat kental khas daerah utara dia menjawab,"Ah, tak tahulah lagi aku. Aku punya keluarga untuk kuhidupi, dan egoku harus kukesampingkan dulu". Lebih lanjut dia bercerita bahwa seorang temannya pernah mengatakan tentang masalah degradasi kebanggaan bekerja di perusahaan ini.

"Saat diterima dan mulai bekerja, saya sangat bangga. Pada siapapun yang bertanya tentang di mana saya bekerja, jawaban pertama yang saya berikan adalah nama perusahaan. tentu saja sedikit makhluk hidup yang mengetahui nama itu apa dan di mana, jadi mereka bertanya lagi. Saya jawab bahwa perusahaan itu adalah pabrik  dengan produksi terbesar di dunia, konon kabarnya. Di mana lokasinga? mereka bertanya lagi. Saya sebutkan nama kota tempat perusahaan ini berada. Juga, karena begitu terpencilnya tempat ini, walaupun itu adalah kota industri yang bau busuk polusi diterjemahkan menjadi bau uang, tidak banyak manusia yang pernah mendengarnya dan tahu lokasinya. Jadi para penanya mendesak lagi menuntut jawaban. Oh, itu ada di Siak, Siak itu ada di Riau. Oh, Riau rupanya.

"Saat ini, jika ada yang bertanya di mana saya bekerja, jawaban pertama saya tergantung pada darimana asal si penanya. Kalau dia berasal dari luar Sumatera, maka jawaban pertama adalah di Sumetera. Kalau yang bertanya orang yang berasal dari Sumatera, maka jawabannya adalah di Riau, yang nantinya akan menjadi jawaban kedua kalau orang dari luar Sumatera bertanya lagi. Karena Riau begitu luasnya, penanya akan mendesak untuk jawaban yang lebih terperinci. Oh, saya bekerja di Siak. Siak juga sangat luas, jadi di mana pastinya? Oh, di kota ini. Sebagai apa? Sebagai buruh pabrik. Pabrik apa? Pabrik produksi sesuatu yang terbesar di didunia. Apa namanya? Saya sebutkan nama perusahaan. Oh, perusahaan itu rupanya.

"Itulah rasanya. Awalnya saya begitu bangganya sehingga nama Indah Kiat muncul pertama saat orang bertanya. Setelah bertahun-tahun, kebanggaan itu memudar dengan segala kenyataam yang ada. Karena kebanggaan sudah berubah menjadi rasa minder, sekarang kalau ada yang bertanya, jawaban saya terbalik dari saat mulai kerja dulu. Kalau dulu jawabannya nama perusahaan - Pabrik dengan produksi ini dan ini - kota kami - Siak - Riau, sekarang menjadi Sumatera (Riau) - Siak - kota kami - buruh - pabrik ini dan ini - nama perusahaan.

Senior saya melanjutkan, "Jadi kawanku itu sudah sampai pada tahap minder. Bekerja di perusahaan ini. kayak aib saja baginya untuk berterus terang mengatakan bekerja di sini". 

Kenapa tidak berhenti saja dan mencari kerja lain yang lebih membanggakan? "Ah samalah seperti aku. Kau belum tahulah itu. Nanti kalau lama kau di sini, akan kau rasakan sendiri".

Sulit untuk membayangkan bagaimana sebuah kebanggaan terdegradasi menjadi aib. Dulunya bekerja di sini adakah keinginan, sekarang berubah menjadi kewajiban. Kalau dulu kerja memberikan kesenangan dan kepuasan, sekarang menjadi beban yang semakin berat di pundak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar